Kamis, 25 September 2014

MENITIP LANGKAH DI PUNCAK B29




TENDA KERAMAT
Ini adalah perjalanan pembuka bulan September 2014. Sabtu  13 September 2014 bertepatan dengan acara Gerak Jalan TajemTra (Tanggul – Jember Tradisional ) saya luangkan untuk pergi ke Desa Argosari atas ajakan Adhie Umar. Dia pernah menjadi partner pendakian saya bersama Adhie Oemarr, Chepy, Rugen, kami berenam menunggangi sepeda motor menuju Desa Argosari. Sekitar pukul 11.00, kami meninggalkan rumah Kost Adhi Umar  Di Jember Kota  Saya sudah merasakan perjalanan kali ini bakal panjang. Jika boleh saya rinci, perjalanan ini melewati beberapa kecamatan di jember dan Lumajang dan terakhir Senduro, kecamatan yang menaungi Desa Argosari. Desa paling atas di kecamatan ini. Lebih tinggi daripada Ranu Pani, desa terakhir di Senduro untuk memulai pendakian ke Gunung Semeru.
Gerbang Masuk Ke Desa Argosari yang disebut2 sebagai negeri diatas awan
Saya sudah merasakan bakal panjangnya perjalanan kali ini ketika melihat patok KM di Senduro , bahwa Desa Argosari  masih puluhan kilometer lagi melewati jalan sempit berliku sepanjang Senduro. Terlebih, kami baru pertama kali melewati jalur ini. Pengalaman pertama meraba-raba jalur membuat perjalanan terasa lama dan melelahkan.

Petunjuk arah menuju B29 sudah terlihat, dan jalan terus menanjak. Melalui berbagai sentra penghasil pisang. Jalur semakin mengasyikkan ketika berada di atas punggungan bukit. Kanan kiri terlihat hijau dan terbuka. Jalur berkelak-kelok dan sesekali melalui tikungan tajam menanjak. Setelah hampir 3jam perjalanan, akhirnya kami bersua dengan gapura Desa Argosari, sebuah desa agropolitan. Selepas gapura, jalan semakin sulit, menanjak di atas aspal yang rusak. Semakin naik, jalan rusak berbatu berganti dengan jalan rabat.
Menahan Badai di bukit B29
Ketika jalan rabat ini jelang berganti jalan tanah yang menanjak, saya menyerah. Saya menyarankan untuk menitipkan motor dan berganti menumpang jasa ojek. Kasihan motor kami. Daripada susah payah, lebih baik kami realistis dengan pertimbangan efisiensi waktu. Sehingga masih banyak waktu untuk mendirikan tenda di puncak dan menyaksikan sunset.

Kami menyewa dua tukang ojek untuk bergantian mengantar kami berempat. Cepy dan 2 lainnya  berangkat duluan. Saya, adhie umar dan regent , karena meminta tukang ojek tersebut juga menitipkan motor kami ke warga. Dari tempat kami berhenti untuk berganti transportasi ini, puncak B29 masih sekitar 4 km lagi. Empat kilometer berupa jalan tanah tak beraturan dan bergelombang yang terus menanjak. Sekitar 1,5 km setelah pos retribusi (Rp 2.000 sekali masuk), akhirnya tiba juga di B29. Kami segera membayar ojek sejumlah Rp 30.000 per orang.

 
Indahnya pemandangan Gunung Bromo
Sore yang bersahabat

Dari sini, pemandangannya sangat indah. Seperti melihat lautan pasir Gunung Bromo dari sisi yang lain. Biasanya lebih sering melihat Bromo dan lautan pasirnya dari atas Pananjakan 1. Kami diajak tukang ojek itu untuk naik ke bukit yang lebih tinggi. Di sana katanya lebih leluasa menyaksikan pemandangan ke segala penjuru. Benar saja, setelah menapak tanjakan berundak, kami tiba di sebuah dataran cukup luas yang menyajikan pemandangan menakjubkan. Kami memutuskan mendirikan tenda di sini. Sebenarnya ada bukit yang lebih tinggi, namun selain karena masih cukup jauh, kami sudah cukup lelah.
Semua Orang tau klo gw Di Puncak B29

Di puncak bukit ini, terlihat awan putih bergulung di atas kami serasa dekat. Asap putih juga mengepul lebat dari kawah Gunung Bromo. Sepertinya hingga besok wisawatan dilarang mendekat ke kawah karena adanya asap tersebut. Langit masih biru. Tempat ini mengingatkan saya akan puncak Siti Ingghil di Pegunungan Putri Tidur dan Plawangan Sembalun di Gunung Rinjani. Sebuah tempat lapang penuh semak-semak dan pepohonan namun berada di posisi yang tinggi sehingga pemandangan begitu lepas.

Ketika beranjak petang, warna jingga senja sudah terlihat walau sedikit berpadu dengan mendung. Memutar pandangan sedikit ke selatan, Gunung Semeru terlihat cantik, lebih tinggi dari semua gunung dan bukit di sini. Saya menyempatkan membuat foto time-lapse pendek merekam pergerakan asap dari kawah Bromo dan kabut.
Matahari Mulai meninggi
Di bawah naungan gemintang
Ketika malam tiba, angin semakin kencang berhembus di tempat terbuka ini. Suhu semakin dingin. Namun tidak menyurutkan niat saya merekam malam yang indah ini. Bintang-bintang bertebaran di langit, sangat melimpah. Saya jadi tidak sabar melihat bintang di langit Ranu Kumbolo dan Kalimati saat berkesempatan mendaki Semeru lagi nantinya.
Menikmati Lukisan alam
Malam itu di B29 sangat cerah. Walau di barat daya sesekali kilat petir berkilau. Saya berharap kilat tersebut tidak mampir ke tempat kami. Sedikit ke utara, kerlap-kerlip lampu di Cemoro Lawang terlihat terang. Tower pemancar di Pananjakan 1 juga terlihat
Ternyata matahari di bawah telapak tangan qw.... heheheheh
.
Oh! Sekelebat terlihat seperti bintang jatuh di barat daya tadi. saya langsung berdoa dalam hati sepertinya. Ingin rasanya berlama-lama di luar tenda merekam gerakan bintang. Tapi saya sadar, keterbatasan baterai kamera dan lensa membuat saya harus mengurungkan niat tersebut. Daya baterai dan memori saya simpan untuk pemandangan esok pagi sebelum pulang.
Udara yang semakin dingin membuat kami segera masuk tenda kembali. Tapi rupanya lagi lagi angin tidak bisa diajak kompromi berkali kali kami memperbaiki tenda.... tapi tetap saja, malam itu anginnya tambah kencang, sepertinya angin tersebut mengusirkami agar tidak mendirikan tenda di salah satu puncak tersebut.
Apa boleh buat, sekitar jam 23.00  kami bergegas untuk imigrasi ketempat lain.... dan mencari tempat untuk mendirikan tenda... wa

kami bergegas untuk imigrasi ketempat lain.... dan mencari tempat untuk mendirikan tenda... waL HASIL kami mendirikan tenda tepatnya bersampingan dengan salah satulokasi yang dikeramatkan oleh Suku tengger yakni Pura. Setelah berpamitan dalam hati kepada penunggu Pura entah itu mahluk halus atau mahluk lainnya yang jelas kami pamitan dulu untuk menempati di sebelahnya.....

Setelah tenda beridiri tegak barulah kami dkk bisa beristirahat dengan tenang sambil menunggu pagi datang
Setelah ditunggu lima jam akhirnya pagi pun datang dengan diiringi dengan gumpalan angin serta dingin yang tak tertahankan.... dengan terpaksa kita keluar untuk menikmati  matahari keluar dari ufuk timur......

Waktu sudah menunjukan jam 07.00. kita memutuskan untuk membongkar tenda tenda yang kami dirikan dan berkemas untuk pulang ke Jember
Pembongkaran Paksa
sambil menunngu kami berenam berkemas kemas membongkar tenda yang telah kami dirikan semalam.  waktu menunjukkan jam 08.00. kami sepertinya kami harus turun, karena esok harinya kami telah ditunggu oleh se abrek rutinitas yang tidak bisa di tinggalkanl
Sebelum Pulang kami foto bareng dulu





Mantaaaaaapppppp Kita pasti datang Lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar