Minggu, 04 Oktober 2015

PALOOMBO: tempat Damarwulan dilahirkan

PALOOMBO: tempat Damarwulan dilahirkan
By. Iwan. Sumbersalak 
Paloombo adalah salah satu dusun yang tertelak di desa Sumber Salak, Kecamatan Ledok Ombo, Kabupaten Jember. Ketika kami berkunjung ke dusun tersebut, tidak ada suatu yang istimewa. Dusun ini terletak di ujung sebelah Barat-Selatan (kalau tidak salah) dari desa Sumber Salak. Tidak ada kesulitan untuk menuju dusun ini, karena dusun ini sudah memiliki jalan hot mix sampai ke ujungnya. Namun untuk menuju lokasi situs Paloombo, harus ditempuh dengan jalan kaki kira-kira 500 meter.
Salah Satu situs yang di yakini sebagai tempat damar wulan 
namun yang paling istimewa adalah nama dusun ini, yakni PALOOMBO. Paloombo yang digunakan sebagai nama dusun ini terkesan unik, saya selalu bertanya darimana asal nama dusun ini. karena nama ini adalah nama yang sangat kuno dan penuh berwibawa. Akhirnya kami menemukan penutur sejarah penamaan dusun Paloombo. Lelaki paruh baya bernama Fathur, seorang laki-laki keturunan Madura yang sejak lahir tinggal di dusun Paloombo.
Air Terjun yang di yakini
sebagai tempat bermain damarwulan kecil
Cak Fathur mulai menuturkan, bahwa Paloombo diambil dari nama seorang resi yang bertama di pegunungan Argagiri (argo=gunung, giri=gunung) di wilayah Utara Jember (awas jangan disingkat Jember Utara ya…).
Siapa sebenarnya resi Paloombo. Alkisah, menyebutkan: ketika kerajaan majapahit sedang menemui kejayaan, tersebutlah seorang patih yang cukup terkenal bernama patih Maudoro. Patih Maudoro adalah seorang patih yang sakti mandraguna, dia memiliki seorang istri yang sangat cantik sekali.
Pohon yang dikeramatkan 
Kecantikan istrinya ini menimbulkan rasa kesengsem dari patih yang lain, yakni Patih Logender. Entah dengan dalih apa, tiba-tiba patih Maudoro dipaksa pergi dari kerajaan. Padahal, saat itu si Istri sedang dalam keadaan Hamil. Sebelum pergi, Patih Maudoro berpesan kepada istrinya, agar menyusul ke Gunung ArgoGiri jika diganggu oleh patih Logender. Mengapa ke Argogiri, karena disitulah ada bapaknya patih Maudoro yang berjuluk resi Paloombo.
Air Terjun yang di yakini 
sebagai tempat penyucian pakaian  damar wulan 
Benarlah apa yang diprediksi Patih Maudoro. Setelah ditinggalkan, mulailah Patih Logender melancarkan bujuk-rayu kepada istrinya patih Maudoro. Maka dengan susah payah, perempuan yang sudah hamil tersebut melarikan diri dari kerajaan Majapahit menuju pegunungan Argogiri. Tidak pernah ada catatan,bagaimana susahnya perjalanan menuju pegunungan Argogiri. Yang pasti sangat susah, karena saat itu belum ada taxi (he…he,…).
Sesampainya di Pegunungan Argogiri, lahirlah seorang anak laki-laki yang kelak membawa sejarah dan legenda cerita rakyat bernama: DAMARWULAN. Seorang anak desa yang mampu mengalahkan raja Blambangan: MINAK JINGGO.
Dan sebagai penghormatan atas jasa resi Paloombo, maka diabadikanlah namanya menjadi nama dusun Paloombo.
Saat ini, masih bisa ditemui bekas-bekas padepokan resi Paloombo. Berupa pohon “Godril” atau “trembesi” yang sangat besar. Dibawahnya ada semacam altar keramik yang ada semacam kuburannya.
Menurut orang desa, kenapa dibuat altar keramik, hal itu untuk memberi kenyamanan bagi para pengunjung situs tersebut. Dan orang desa mengerti bahwa tidak ada jasad apapun di bawah kuburan tersebut. Kata orang desa, pada hari-hari tertentu banyak orang berkunjung ke situs tersebut, yang katanya untuk ngalab berkah.

Namun, bagi warga desa keberadaan situs tersebut tidak ada apa-apanya, melainkan hanya soal kesejarahan saja.







 Diambil dari https://rahadialpaluri.wordpress.com

1 komentar: