Catatan Perjalanan Gunung Bromo.
Setelah di Rencanakan dengan Matang di Kampus STAIN
Jember, saya dengan hasyim dan Nur Hadi Sepakat untuk memulai perjalanan
panjang Yakni Gunung Bromo yang berada dikawasan Probolinggo. Tak banyak bicara
dan dengan perancanaan yang mendadadak, saya dan kawan kawan tanpa babibu
langsung bergegas untu memulai perjalanan panjang ini.
Maka diputuskan untuk mengggunakan alat transportasi
yang murah Meriah yakni Angkutan rakyat yaitu KERETA API...
We are, Iwan Joyo, Baim, Noer Hadi, Afif, Lilik dan Hayim |
Perjalalanan kami dimulai dari Mangli Kabupaten Jember
Jawatimur. Dengan menaiki kerta api, banyak cerita dalam perjalanan tersebut
mulai dari salah satu teman kami yang gak bayar tiket hingga kebingungan Mau
BAB ..
Wal Hasil Kami sampai juga di stasiun Probolinggo. Dan
disitulah salah satu teman saya Saiful Namanya asli Laweyan Probolinggo
Menjemput romobongan kami. Dan kami pun langsung diajak kerumahnya dikawasan
tersebut. dandisamput dengan keramahan yang luar biasa dari keluarga kecil itu..
Keesokan harinya tepat pukul 11.00 kami dan rombongan
mencari transportasi untuk menuju kawasa Bromo tapi sebelumnya kami sempatkan
untuk singgah di kawasan Air terjun Madakaripura. Yang konon tempat
pertapaannya PATIH Gajah Mada.
Setelah mampir di Air Terjun
Madakaripura, perjalanan aku lanjutkan menuju ke kawasan wisata Gunung
Bromo. Perjalanan dari Air Terjun Madakaripura ke Gunung Bromo memakan
waktu sekitar 40 menit dengan kondisi jalanan yang berliku dan menanjak, aku
pun sempat turun dari motor karena tak kuat menanjak.
Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp 15 ribu
perorang ditambah motor Rp 3 ribu, kami menuju ke sebuah tempat khusus di depan
hotel (lupa namanya) yang digunakan untuk melihat pemandangan Gunung Bromo dan
Gunung Batok serta lautan pasirnya. Di tempat ini juga ada beberapa penjual
bakso dan souvenir keliling yang menjajakan barang dagangannya kepada para
pengunjung.
Usai menyantap semangkok bakso sembari menikmati
keindahan Gunung Bromo dan Gunung Batoknya yang sungguh menakjubkan, kami
berempat mencari penginapan untuk bermalam sebelum pagi-pagi sekali mengejar
sunrise di Gunung Bromo. Toleh kanan toleh kiri, akhirnya pandanganku tertuju
di sebuah homestay sederhana bernama Homestay Putra Bromo. Setelah negoisasi
harga, kamipun beristirahat setelah seharian di jalanan.
Sebelum si pemilik homestay pergi, aku bertanya
tentang jalur ke arah Bukit Penanjakan untuk melihat sunrise. Dia pun
menawarkan jasa untuk mengantar sekaligus membonceng 2 teman kami ke Bukit
Penanjakan esok pagi dengan tarif Rp 100 ribu, kami pun menerima tawarannya
karena tidak mungkin motor kami bisa naik kesana dengan berboncengan.
Pukul 03.00 WIB alarm hpku berbunyi, mata masih sangat
berat untuk dibuka, namun demi mengejar sunrise di Penanjakan, mau tidak mau
kami harus beranjak dari kasur dan bergegas berangkat kesana. Jam 03.30 tepat,
kami berlima menuju ke Bukit Penanjakan dengan
menggunakan 3 motor.
walau Dingin, tak mematahkan semangad kami |
Untuk menuju Penanjakan ataupun Gunung Bromo, kami
harus melewati lautan pasir yang saat itu masih berselimut kabut. Dibutuhkan
kehati-hatian untuk melewati jalur ini, karena treknya berupa pasir yang tidak
cocok dengan roda motor biasa. Dari kejauhan terlihat sorotan lampu jeep yang
juga menuju ke Penanjakan. Untuk sewa jeep sendiri harga paling murah sekitar
Rp 450 ribu untuk maksimal 6 orang penumpang.
Ternyata benar, jalur menuju Penanjakan ini sangat
berliku dengan tanjakan-tanjakan yang sangat curam. Tak sedikit aku melihat
motor pengunjung lain yang berhenti di tepi jalan karena tidak kuat menanjak.
Pelan tapi pasti akhirnya motor kami sampai juga di tempat parkir di Penanjakan
yang sudah penuh dengan barisan jeep dan hardtop yang terparkir. Selain
wisatawan lokal, banyak juga turis asing dengan segala macam peralatan
kameranya untuk mengabadikan momen sunrise di Penanjakan ini.
Nyantai diluk sambil berpose bareng |
Waktu masih menunjukkan pukul 04.15 WIB, kami pun
mencari kehangatan di dalam warung dan memesan beberapa minuman hangat seperti
kopi dan susu panas. Di Penanjakan ini, banyak terdapat warung-warung makanan
dan minuman yang juga menjual barang-barang khas Bromo seperti kaos, kupluk,
sarung tangan, dan syal.
Penanjakan |
Waktu yang ditunggu sudah tiba. Kami pun bergegas
menuju ke spot sunrise di Penanjakan. Kami harus berjalan kaki sejauh sekitar
100 meter untuk menuju ke spot sunrise ini. Spot sunrise ini tempatnya tidak
terlalu luas, namun cukup untuk menampung sekitar 100 orang lebih. Disini juga
terdapat bangku-bangku panjang yang biasanya digunakan sebagai pijakan kaki
para pengunjung untuk melihat sunrise dan deretan pegunungan seperti Gunung
Bromo, Batok, dan Semeru.
Pagi itu awan sedikit menutupi langit Bromo, sehingga
pemandangan sunrise yang ditunggu puluhan manusia di Bukit Penanjakan ini tidak
muncul sempurna. Namun semburat jingga di langit tetap menampakkan
keindahannya. Selain memburu matahari terbit, pengunjung juga mengabadikan
panorama Gunung Bromo, Batok,Semeru (ada
gunung lagi tapi gak tau namanya) yang memang sangat indah bila dilihat dari
Penanjakan ini.
Pemuda Penakluk Bromo Tengger Semeru |
Setelah puas menikmati sunrise di Penanjakan ini dan
matahari sudah muncul sempurna, kami berlima menuju ke lokasi selanjutnya yaitu
Gunung Bromo itu sendiri. Kami harus melewati lautan pasir lagi untuk menuju ke
Gunung Bromo. Sampai di tempat parkir yang letaknya tidak jauh dari pura,
pengunjung harus berjalan kaki bila ingin menuju ke kawah Gunung Bromo.
Bila tidak ingin capek, kamu bisa menggunakan jasa
tenaga kuda untuk menuju ke tangga Gunung Bromo, tarifnya bervariasi tergantung
kemampuan menawar kamu, bisa cuma Rp 15 ribu atau bahkan Rp 50 ribu. Karena
kami ingin menikmatinya dengan santai (ngirit), berjalan kaki dengan sedikit
mendaki adalah pilihan yang lebih sehat, hehehe.
Tangga Menuju Kawa Bromo |
Ternyata cukup ngos-ngosan jalan kaki menuju ke tangga
Gunung Bromo ini, belum lagi kami harus naik tangga yang katanya jumlahnya
ratusan anak tangga dengan kemiringan yang cukup terjal. Meskipun aku terbiasa mendaki gunung,
namun tetap saja aku harus beristirahat di tengah-tengah perjalanan untuk
mengatur nafas yang sudah gak berirama.
Kawah Gunung Bromo akhirnya ada di depan mata setelah
melewati anak tangga yang cukup melelahkan. Kawah ini selalu mengeluarkan asap
putih setiap saat. Di kawah ini setiap tahunnya diadakan upacara Kasodo, yang
salah satu ritualnya adalah melemparkan sesajen ke dalam kawah. Sesajen-sesajen
tersebut diperebutkan oleh orang-orang yang telah menunggu di bawah. Memang
sedikit mengerikan bila melihatnya, orang-orang tersebut tak memakai peralatan
keamanan pun saat berada di bawah sana.
Perjalanan yang mengasikkan |
Selain kawahnya yang indah, di sini pengunjung
biasanya berfoto dengan menggunakan Gunung Batok sebagai latar belakangnya.
Banyak orang yang mengira bahwa Gunung Batok ini adalah Gunung Bromo karena
bentuknya yang memang layaknya gunung pada umumnya, padahal bukan. Sebenarnya untuk melihat sunrise bisa dilakukan di
Gunung Bromo, namun karena letak Bukit Penanjakan lebih tinggi dari Gunung
Bromo, membuat para pengunjung lebih memilih Bukit Penanjakan dalam melihat
sunrise. Sunrise di Gunung Bromo pun tak kalah indahnya dengan
di Penanjakan, jadi mau pilih yang mana???
Rugi rasanya jika dari Bromo tidak dapat Oleh oleh has Bromo. maka kami memutuskan untuk mengadakan Penelitian di daerah Pegunungan Tengger, ya.... kami mengadakan penelitian cara bercocok tanam yang dilakukan oleh penduduk yang mayoritas mengandalkan tani dengan bercocok tanam yakni Kentang, Gubis, dan Bawang Prey tanam tersebut sangat cocok untuk iklim yang dingi seperti Di bromo
sedikit, kegiatan tersebut menambah wawasan kami tentang sisi lain keindahan di bali Kehidupan Penduduk Tengger.
Kegiatan Penelitian |
jadi Rugi rasanya jika kalian ke Bromo hanya sekedar berwisata saja tanpa mengetahui seluk beluk penduduk Suku Tengger
Bersambung Ke episode Berikut nya ......................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar