PALOOMBO: tempat
Damarwulan dilahirkan
By. Iwan. Sumbersalak
![]() |
Salah Satu situs yang di yakini sebagai tempat damar wulan |
namun yang paling
istimewa adalah nama dusun ini, yakni PALOOMBO. Paloombo yang digunakan sebagai
nama dusun ini terkesan unik, saya selalu bertanya darimana asal nama dusun
ini. karena nama ini adalah nama yang sangat kuno dan penuh berwibawa. Akhirnya
kami menemukan penutur sejarah penamaan dusun Paloombo. Lelaki paruh baya
bernama Fathur, seorang laki-laki keturunan Madura yang sejak lahir tinggal di
dusun Paloombo.
![]() |
Air Terjun yang di yakini sebagai tempat bermain damarwulan kecil |
Cak Fathur mulai
menuturkan, bahwa Paloombo diambil dari nama seorang resi yang bertama di
pegunungan Argagiri (argo=gunung, giri=gunung) di wilayah Utara Jember (awas
jangan disingkat Jember Utara ya…).
Siapa
sebenarnya resi Paloombo. Alkisah, menyebutkan: ketika kerajaan majapahit
sedang menemui kejayaan, tersebutlah seorang patih yang cukup terkenal bernama
patih Maudoro. Patih Maudoro adalah seorang patih yang sakti mandraguna, dia
memiliki seorang istri yang sangat cantik sekali.
![]() |
Pohon yang dikeramatkan |
Kecantikan istrinya ini
menimbulkan rasa kesengsem dari patih yang lain, yakni Patih Logender. Entah
dengan dalih apa, tiba-tiba patih Maudoro dipaksa pergi dari kerajaan. Padahal,
saat itu si Istri sedang dalam keadaan Hamil. Sebelum pergi, Patih Maudoro
berpesan kepada istrinya, agar menyusul ke Gunung ArgoGiri jika diganggu oleh
patih Logender. Mengapa ke Argogiri, karena disitulah ada bapaknya patih
Maudoro yang berjuluk resi Paloombo.
![]() |
Air Terjun yang di yakini sebagai tempat penyucian pakaian damar wulan |
Benarlah apa yang
diprediksi Patih Maudoro. Setelah ditinggalkan, mulailah Patih Logender
melancarkan bujuk-rayu kepada istrinya patih Maudoro. Maka dengan susah payah,
perempuan yang sudah hamil tersebut melarikan diri dari kerajaan Majapahit
menuju pegunungan Argogiri. Tidak pernah ada catatan,bagaimana susahnya
perjalanan menuju pegunungan Argogiri. Yang pasti sangat susah, karena saat itu
belum ada taxi (he…he,…).

Dan sebagai penghormatan
atas jasa resi Paloombo, maka diabadikanlah namanya menjadi nama dusun
Paloombo.
Saat ini, masih bisa
ditemui bekas-bekas padepokan resi Paloombo. Berupa pohon “Godril” atau
“trembesi” yang sangat besar. Dibawahnya ada semacam altar keramik yang
ada semacam kuburannya.

Namun, bagi warga desa
keberadaan situs tersebut tidak ada apa-apanya, melainkan hanya soal
kesejarahan saja.
Diambil dari https://rahadialpaluri.wordpress.com
ghmghk
BalasHapus